Kamar Tua 316, Cerpen by St Annis Hidayat


                             Kamar Tua 316
                         By St Annis Hidayati 

Pagi yang cerah matahari mulai masuk di sela sela jendela. Terdengar suara burung yang berkicau di atas pohon dengan nada yang indah membuat kita semangat untuk beraktivitas.

Sebuah rumah mewah yang di dalamnya terisi beberapa anggota keluarga yang harmonis. Mereka yang berada di meja makan untuk sarapan sedikit membahas tentang liburan akhir tahun yang akan datang beberapa bulan lagi. Rencananya mereka akan ke Bali untuk menikmati liburan tetapi ada yang tidak setuju dengan mereka pergi ke sana.

"Jadi kita mau kemana nih? Bali or Jogja?" Ucap pria setengah baya yang merupakan kepala keluarga. Pria itu bernama lengkap Edgar Emilliano Addison pengusaha yang sukses di bidang pertambangan.

"Kalau bunda sih ikut kalian saja maunya di mana!" Sahut wanita setengah baya yang merupakan istri dari Edgar. Wanita itu bernama lengkap Sherly Prima Addison wanita sukses di bidang desain.

Mereka berdua di karunia empat orang anak. Dua anak perempuan dan dua lagi anak laki-laki. Mereka berempat memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Bukan hanya kepribadian melainkan sifat pun sangat berbeda.

"Nggak pokoknya kita ke Bali!" Bantah seorang gadis yang duduk di sembarang sana. Gadis itu bernama Kaila Sekar Kirania Addison
merupakan anak ketiga dari keluarga Addison. 
"Iya bener! Kita harus ke Bali karena vibes di sana sangatlah bagus!" Ucap gadis yang bernama Kalila Zeline Khansa Addison

"Abang? Kalian gimana?" Sherly menanyakan ke anak laki-laki nya apa kah mereka berdua setuju? Atau malah sebaliknya.

"Dion dan Devan ikut ada Bun!" Jawab mereka. Dion dan Devan memang lah cuek dengan hal seperti ini di banding kan dengan kedua adik perempuan mereka.

Di sini Kalila mempunyai penglihatan yang orang tidak lihat. Bisah di bilang Kalila memiliki Indra ke-enam karena dia bisah melihat apa yang orang tidak bisah. Contohnya, dia mempunyai teman hantu yang ia kasih nama Karania Ambar. Keluarga nya sudah tahu kalau Kalila anak spesial yang di percaya Tuhan.

"Kalila apa kamu yakin ingin berlibur di sana?" Ucap Karania yang tiba tiba muncul.

"Hmm .... Aku nggak yakin sih." Jawab Kalila.

"Perasaan ku nggak enak Kalila!"

"Emang hantu seperti kamu punya perasaan?" Kalila bingung dengan Karania yang memiliki perasaan yang bingung.

"Udahlah Kalila aku harus pergi soalnya Kunti penjaga pohon yang ada di dekat kamar mu sedang mencari ku!" 

Hantu anak kecil itu pun menghilang dari hadapan Kalila. Kaila yang mengetahui kalau Karania datang langsung menanyakannya ke Kalila. "Teman kamu bilang apa?" Ucap Kaila yang sedikit penasaran.

"Hah? Dia nggak bilang apa-apa kok!" Mereka semua melanjutkan makan setelah itu Kaila dan Kalila di antar oleh Devan untuk ke sekolah.

                                     ***

SMA Angkasa Makassar

Kaila terlebih dahulu masuk sebab dia ingin mengatur perlengkapan OSIS. Sementara Kalila sibuk melihat kiri kanan karena dari tadi ada yang memperhatikan nya dari jauh.

"Dor ...." Hantu Karania datang mengejutkan Kalila yang tengah melamun.

"Karania kamu tahu? Dari tadi ada yang perhatiin aku!"

"Oh ... Kamu nggak perlu takut Kalila, dia hanya ingin berteman dengan kamu."

Kalila Menaik kan satu alisnya, "Dia? Emang siapa?"

"Itu loh Noni Belanda yang ada di belakang sekolah ini. Dia kan tahu kalau kamu bisah melihat!"

"Ya sudahlah, aku masuk dulu kedalam."

Kalila pun masuk kedalam dengan memperhatikan Noni Belanda yang melambaikan tangan ke arah Kalila. Kalila hanya membalas nya dengan tersenyum. 

Kelas XII IBB

Kelas Kalila cukuplah ramai dengan teman-temannya yang sudah datang. Kalila di sapa oleh teman sebangku nya yang baru saja datang.

"Hay La! Lo udah kerja biologi belum?" Ucap Aletta.

"Udah, kamu mau lihat nggak?" Sahut Kalila mengeluarkan bukunya yang ada di dalam tas.

"Heh! Nggak perlu La, gue cuma kasih tahu aja siapa tahu lo belum kerja!" 

"Al kamu liburan kemana akhir tahun nanti?" Tanya Kalila.

"Gue akan pergi ke Makassar, La! Soalnya nenek gue sakit." 

"Oh gitu ya, semoga cepat sembuh!" Dengan wajah tersenyum.

Jam 07.15 pelajaran di mulai, Kalila pokus mendengar kan guru yang sedang menjelaskan di atas karena minggu depan dia akan melaksanakan ujian tengah semester.

"Apakah kalian paham sampai di sini?" Tanya seorang guru yang bernama Musrianti selaku guru pelajaran Biologi.

"Paham ibu!" 

"Baik, kalau begitu silahkan kumpul tugas kalian di atas meja dan Kalila kamu yang membawanya ke meja saya!" Perintah Bu Musri sebelum keluar dari ruang kelas.

Singkat cerita Kalila pun pulang sekolah bersama Alleta. Keduanya memiliki jalur rumah yang sama tapi beda kompleks.

"La! Kalau lo lihat sesuatu di jalan jangan kasih tahu gue ya? Soalnya gue orangnya penakut! Apalagi sama teman hati kecil lo itu!" Di saat mereka berdua berbicara Karania datang membawa jenis hantu yang membuat Kalila terkejut. Bagaimana tidak, anak kecil itu membawa hantu korban kecelakaan yang tidak mempunyai kepala dan tidak memiliki kaki. 

"Astagfirullah!" 

"Eh, kenapa La?" Panik Alleta.

"Hah? Nggak kok. Lebih baik kita pulang sekarang!" Mereka pun berpisah di  persimpangan jalan dekat penjual bakso yang mangkal.

                                      ***

Hari Senin pun datang. Siswa siswi yang sudah ada di lingkungan sekolah bersiap untuk menghadapi ujian yang akan di mulia beberapa menit lagi. Tepat pukul 07.15 seluruh siswa mengeluarkan alat tulis dan menyiapkan selembar kertas untuk jawaban. Kalila berharap dia tahu semua soal soal yang di berikan. Pengawas pun datang membagikan selembar kertas ulangan.

"Saya harap di saat mengerjakan soal, tidak ada yang ribut! Kalau sampai ada yang ribut saya suruh keluar! Mengerti?" Ujar pengawas tersebut.

"Mengerti pak!"

Hari demi hari akhirnya ujian tengah semester pun selesai. Saatnya para siswa menikmati liburan mereka selama tahun baru. Keluarga Kalila sudah bersiap untuk pergi ke Bali sesuai rencana mereka.

"Oke, sudah siap?"

"Siap!" Sorak semua nya kecuali Kalila yang dari tadi memperhatikan seorang nenek yang menggeleng kan kepalanya.

Di telinga Kalila terdengar suara bisikan yang berkata "Jangan kesana!" Kata kata itu terngiang-ngiang di telinga gadis itu.

Di perjalanan awalnya baik baik saja. Sampai ketika mobil Kalila tersesat ntah di mana. Daerah di situ cukup sunyi bahkan masyarakat nya tidak ada. Kalila beserta keluarga sudah sampai di Denpasar, bali tetapi mereka tersesat tidak tahu di mana.

"Yah! Ini kita di mana? Kok sepi kayak gini! Tanya kaila yg sudah mulai takut. Sementara Kalila hanya diam menatap rumah rumah yang ada di sana yang penuh sesajen.

"Tenang! Kita tidak tersesat hanya saja penginapan yang ayah pesan tidak jauh dari sini!" 

"Penginapan? Ayah pesan penginapan di tempat seperti ini?" Ucap Davin tidak membayangkan.

Di saat mereka sedang berdiskusi, seseorang datang mengetuk kaca mobil.

Tok...tok..tok..

Semuanya kaget dengan adanya ketukan tersebut. Ayah Kalila pun turun untuk menemui orang yang berada di luar.

"Dengan bapak Edgar?" Ucap seorang bapak tua yang sudah membuat mereka kaget.

"Iya bener, apa ini kang Salman?" 

"Betul sekali, maaf ya saya kasih maps nya salah harus nya tadi bapak belok kanan bukan malah ke kiri." Jelas kang Salman mengaarkan kelurga itu ke penginapan.

Singkat cerita mereka semua sampai di sebuah penginapan yang cukup bagus. Penginapan itu di kelilingi oleh laut tapi laut nya kelihatan sepi tidak ada pengunjung satu pun.

Kang Salman membawa mereka semua ke dalam menjelaskan peraturan peraturan yang berlaku selama mereka tinggal.

"Baik saya akan menjelaskan beberapa peraturan yang harus Kelian lakukan. Yang pertama tidak ada boleh menginjak sesajen sesajen ini kecuali tidak di sengaja. Yang ke-dua jangan berani masuk di kamar 316 yang paling ujung. Dan yang terakhir sewaktu kalian mendengar ketukan dari luar! Jangan harap untuk membukanya siapa tahu bukan manusia!" 

Mereka pun menganggu dan masuk ke dalam kamar masing-masing. 

Waktu malam tiba, suasana di penginap tersebut mencengkam. Rasanya begitu sunyi hanya ada air laut yang terdengar dan jam dinding. Kang Salman menyiapkan makan malam untuk mereka semua sebelum kang Salman pulang ke rumahnya.

"Baik tugas saya sudah selesai, jadi waktunya saya untuk pulang. Saya cuma berpesan jangan menegur orang sembarangan tanpa ada jawaban!"

Melihat kang Salman sudah pulang, Davin yang dari tadi ingin bersuara akhirnya dia mengeluarkan suara. "Kenapa sih ayah pilih tempat penginapan yang seram kayak gini? Sudah seram peraturan nya banyak lagi!"

"Husst, jangan berisik ada yang sedang memperhatikan kita!" Ucap Kalila melihat kamar 316.

"Halah! Siapa yang mau lihatin kita?"

"Heh! Kalau di tempat orang itu jaga sikap!" Tegur kaila ke Davin.

Selepas makan malam tadi, Kalila tidak bisa tidur ia terus membayangkan seorang perempuan yang memakai baju kebaya putih dan masuk ke dalam kamar 316. Perasaan Kalila sudah tidak enak apalagi dia melihat seorang raja di laut yang ada di bawah. Kalila yakin ada yang tidak beres dengan penginapan ini. Saat matanya ingin tertutup, tiba-tiba ada suara orang bercerita dari arah luar suara itu terdengar sangat jelas di kamar Kalila.

Dia sedikit mengintip ke arah jendela dari penglihatan Kalila dia melihat ada beberapa pengawal kerajaan yang sedang menunggu di depan pintu kamar 316. Pengawal-pengawal itu sadar kalau Kalila sedang melihat ke arah mereka. Secepatnya Kalila menutup gorden dengan napas yang naik turun. Beberapa detik kemudian dia kembali melihat pengawal tersebut melihat ke arah dirinya dengan mata yang melotot dengan muka yang penuh darah. 

                                     ***

Keesokan harinya, Kalila sama sekali tidak menceritakan apa yang ia alami semalam. Siapa tahu dia menceritakan membuat kelurganya jadi takut dan menganggu liburan mereka. Biarlah dirinya yang tahu dengan kejadian ini.

"Kalila! Kamu kenapa, sayang?" Ucap sang bunda khawatir melihat wajah anaknya yang pucat.

Kalila tersenyum ke arah bunda nya, "Kalila nggak papa Bun! Cuma saja Kalila kecapean!"

"Yasudah kamu istirahat sana!" Kalila pun naik ke kamar nya dan kembali melihat kamar tersebut yang mengeluarkan bau yang sangat harum.

Dalam hati Kalila sudah tidak beres dengan penginapan ini dan dia mulai curiga dengan ke jadian kejadian yang menimpanya.

Pukul 14.00

Kalila terbangun karena dia mendengar suara tangisan yang tidak jauh dari kamar nya. Kalila membuka pintu kamarnya dan melihat kakaknya yang sedang di seret oleh seorang perempuan memakai baju kebaya putih. Kalila mengejarnya sampai di tepi laut yang ada di sana. Cewek itu kaget melihat seluruh keluarganya sudah tewas dengan cara mengenaskan. Tersisa Davin Abang nya yang baru saja ingin di eksekusi dengan cara di potong kedua badannya dengan laser yang tajam. Kalila tidak hentinya menangis melihat di depan mata kepala nya sendiri.

"Tidakkk!!"

"Aaa, bunda, ayah jangan tinggalin Kalila." Ya, Kalila hanyalah mimpi buruk membuat keluargaku jadi khawatir.

"Sayang, tenang lah ini bunda." Kalila langsung memeluk bundanya dengan menangis tersedu-sedu. Dia kira mimpinya itu kenyataan yang di lihatnya.

Biodata Penulis : 
Nama: St Annis Hidayati
Asal: Makassar
Judul karya: Kamar Tua 316
Username Ig: Pinky_you0

Posting Komentar

0 Komentar